Subscribe:

Senin, 12 Desember 2011

PROSPEK BATUBARA CAIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PENYEIMBANG KONSUMSI MINYAK BUMI INDONESIA


PROSPEK BATUBARA CAIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PENYEIMBANG KONSUMSI MINYAK BUMI INDONESIA

Sodikin Mandala Putra
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Kampus Unsri Inderalaya  Jl. Raya Palembang – Prabumulih Km. 32 Inderalaya OI SUMSEL, 30662Telp. 0711-580137, Fax. 0711-580137
E-mail: sodikinmandala@yahoo.co.id

ABSTRACT
Use of petroleum as a source of national primary energy indeed to various problems ranging from scarcity, trends, imports, and subsidies that drain state coffers. In 2010, Indonesia's oil production was recorded only 986 thousand barrels per day when consumption levels through to 1,304 thousand barrels per day or a deficit of 318 thousand barrels per day. This situation forced the government to import oil from the Middle East. During January to December 2010 the value of oil imports has increased for crude oil amounted to U.S. $ 1.12 billion (15:16%) and imports of oil products amounted to U.S. $ 6.89 billion (61.93%), this situation can still be offset by the value of exports Indonesian oil which in this period crude oil export value of U.S. $ 10.395 billion (32.92%) and exports of oil products amounted to U.S. $ 3.9514 billion (74.66%). (BPS, 2011). But for the next 10 years Indonesia just will import oil.
Problems the use of petroleum which can now be avoided with the use of coal as a counterweight of petroleum for transportation needs and domestic industry while the domestic production of petroleum is used for export, considering the high price of Indonesian crude oil. This is because the magnitude of the potential of coal owned by Indonesia 104.8 billion tonnes if used 500 million tons of coal per year is not expected out 200 years to come. Use of liquid coal can also solve the problem of fuel subsidies that drains the treasury, Due diligence conducted by BPPT, the price of synthetic oil produced from low grade coal liquefaction of Banko, South Sumatra with a production capacity of 6,000 tons per day, cost about U.S. $ 23 ,3-33.3 per barrel and a ton coal can produce 6.2 barrels of synthetic fuel. An examination of the current Indonesian oil consumption is required for liquefaction of coal is only about 220 thousand tons of coal. This requirement is very low if compared to the coal used by power plant by 75 million tons in 2009. Potential possessed by liquid coal as a counterweight to the use of petroleum in Indonesia is very big but its realization have problems this is because the cost of a large investment to build a liquefaction plant, government policies, as well as environmental pollution or contamination.
Key words: national Energy, Coal liquid

INTISARI
Penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi utama nasional memang memunculkan berbagai permasalahan mulai dari kelangkaan, kecenderungan, import, serta subsidi yang menguras kas negara. Pada tahun 2010, tercatat produksi minyak Indonesia hanya 986 ribu barel per hari padahal tingkat konsumsi melonjak hingga menembus angka 1.304 ribu barel per hari atau defisit 318 ribu barel per hari. Keadaan ini memaksa pemerintah untuk mengimpor minyak dari timur tengah. Terhitung selama januari-desember 2010 nilai impor minyak mengalami peningkatan untuk impor minyak mentah sebesar US$  1,12 milyar (15.16%) dan impor hasil minyak sebesar US$ 6,89 Milyar (61.93%), keadaan ini masih bisa diimbangi oleh nilai ekspor minyak indonesia yang pada periode januari-desember 2010 nilai ekspor minyak mentah sebesar US$ 10,395 Milyar(32.92%) dan ekspor hasil minyak sebesar US$ 3,9514 milyar (74.66%). Dengan harga minyak mentah indonesia di pasar dunia di kisaran US$ 85,07 -91,37 perbarel(BPS, 2011). Namun untuk 10 tahun kedepan indonesia hanya akan megimport minyak.
Permasalahan penggunaan minyak bumi yang ditakuti saat ini dapat dihindari dengan memanfaatkan batubara sebagai penyeimbang pengunaan minyak bumi untuk kebutuhan transportasi maupun industi dalam negeri sedangkan produksi minyak bumi dalam negeri digunakan untuk kepentingan ekspor karena mempertimbangkan tingginya harga minyak mentah indonesia. Hal ini dikarenakan besarnya potensi batubara yang dimiliki oleh indonesia sebesar 104,8 milyar ton jika digunakan 500 juta ton pertahun maka batubara diperkirakan baru habis 200 tahun yang akan datang. Penggunaan batubara cair juga dapat menyelesaikan permasalahan subsidi BBM yang menguras kas negara Karena berdasarkan uji kelayakan yang dilakukan BPPT, harga minyak bumi sintetis yang dihasilkan dari pencairan batubara kadar rendah dari wilayah Banko, Sumsel dengan kapasitas produksi 6.000 ton per hari, harganya sekitar US$ 23,3 - 33,3 per barrel dan satu ton batubara dapat menghasilkan 6,2 barel bahan bakar sintetis. Jika mengacu pada konsumsi minyak indonesia saat ini maka batubara yang dibutuhkan untuk pencairan hanya berkisar 220 ribu ton batubara. Kebutuhan ini sangat rendah jika dibandingkan batubara yang digunakan oleh PLTU sebesar 75 juta ton pada tahun 2009. Potensi yang dimiliki oleh batubara cair sebagai penyeimbang penggunaan minyak bumi indonesia sangat besar namun dalam realisasinya mengalami hambatan hal ini dikarenakan biaya investasi yang besar untuk membangun pabrik pencairan, kebijakan pemerintah, serta polusi atau pencemaran lingkungan.
Kata kunci: Energi nasional, Batubara cair

Tidak ada komentar:

Posting Komentar